Sumber : Denpost 6 Januari 2010
Sepuluh Museum yang tersebar di Bali memperoleh penganugerahan Pers K.Nadha Nugraha oleh Bali Post atas kiprahnya menjaga budaya dan aset budaya bangsa. Acara berlangsung semarak di Museum Seni Lukis Klasik Nyoman Gunarsa, Klungkung, Selasa (5/1) kemarin. Acara ini dirangkaikan dengan sarasehan Museum. Momen penghargaan ini sejalan dengan program Visit Museum Year (Tahun Kunjungan Museum 2009) yang dicanangkan Kementrian Budaya Pariwisata.
Sepuluh Museum yang diapreasi memperoleh penghargaan yakni Museum Negeri Bali Denpasar, Museum Puri Lukisan Ubud, Museum Neka, Museum Seni Lukis Kelasik Nyoman Gunarsa, Museum Rudana, Museum Sidik Jari Denpasar, Museum Subak Tabanan, Museum Purbakala Gilimanuk, Museum Gedong Kertya Singaraja, serta Museum Yadnya Mengwi.
Ketua umum Himpunan Museum Bali (Himusba), Nyoman Gunarsa, mengungkap, bangga dengan acara yang digagas Bali Post di tengah kurangnya perhatian masyarakat terhadap museum. “Ini suatu acara yang luar biasa,” tegasnya.
Gunarsa juga mengakui bahwa Museum di tanah air masih terkesan sepeti gudang belaka. Apalagi dalam kancah perpolitikan yang sedang gonjang-ganjing, kiprah museum nyaris tak terdengar.
Padahal, menurut Gunarsa, museum yang berasal dari kata latin Musea (Bersemayamkan para Dewa) adalah tempat berharga yang memiliki 3 fungsi strategis dalam kemajuan pendidikan dan kebudayaan. Disebutkannya, ada 3 pilar penting museum dalam kehidupan bangsa yakni mencerdaskan bangsa, meningkatkan kepribadian bangsa, dan wujud pertahanan nasional.
Atas upaya Menbudpar Jero Wacik, menurut Gunarsa pada 30 Desember tahun lalu di Jakarta di canangkan Gerakan Nasional Cinta Museum lewat program “Visit Museum Year 2009”. Hal itu sebagai usaha agar Musuem dicintai masyarakat, menjadi tempat belajar, dan mencari informasi. Museum yang terkait dengan masa lampau dan zaman sejarah penting untuk diteliti demi proyeksi dan kepentingan masa depan.
Gunarsa mengungkapkan, posisi penting museum di luar negeri sangat bergengsi dan dihargai. Sedangkan di dalam negeri hal ini belum sepenuhnya bisa diwujudkan akibat keenganan masyarakat untukberkunjung ke museum.
Pengelola Museum Seni Lukis Sidik Jari, I Gusti Ngurah Gede Pemecutan sempat mengeluhkan jarangnya pejabat yang mau berkunjung ke museum.
Karenanya, Gunarsa berharap museum bisa dikemas dengan baik dan lebih profesional sehingga bisa memberikan informasi yang lebih luas kepada masyarakat.
Ditambahkannya, saat ini ada 30 Museum di Bali yang tergabung dalam Himusba dengan karakteristik yang beragam. Beberapa museum yang baru bergabung dalam Himusba seperti Museum Pasifika, Textil Museum, serta Museum Kartun.
Dirut Bali Post, K. Nadha Nugraha mengatakan penganugerahan K.Nadha Nugraha merupakan agenda tahunan yang diberikan setiap 5 Januari, sebelumnya penghargaan menyasar pada berbagai variasi dengan pertimbangan para penerima adalah tokoh-tokoh masyarakat, petani dan pihak yang dipandang pantas menerimanya. Kali ini diberikan kepada 10 Museum yang ada di Bali yang memang semuanya dianggap berkiprah strategis dalam menjaga budaya Bali.
Ditambahkannya, banyak hal sering dianggap barang rongsokan, tapi justru di sana sebetulnya terletak nilai kekuatan bangsa, koleksi museum misalnya.
Sebagai insan Pers, Satria punya keinginan sejalan dengan Visit Museum Year. Tapi yang ditekankan tidak saja pada kunjungan melainkan bentuk kesadaran pada kelanjutan bangsa Indonesia. “Yang disebut keajegan Bali tergantung kemampuan menggali dan merevitalisasi apa yang dianggap tak berguna lagi. Semoga dengan sinergi ini, kita bisa menggugah semua pihak untuk turut serta memperkuat Bali dan nilai-nilai yang perlu diperkuat,” tegasnya.
Menurut Satria, untuk tahun ini, memang tidak semua museum di Bali bisa diberi penghargaan. Tapi dia yakin dari 30 Museum, mempunyai komitmen yang sama dalam mengembam kelestarian budaya. “Tujuan akhir anugerah ini bukan berkunjung, tapi indikasi kesadaran pada bangsa kita untuk mengangkat kembali, mengakui kembali, serta mengaplikasikan kembali nilai-nilai budaya dalam kehidupan sehari-hari,” tandasnya.
Dalam kesempatan itu, ketua IV Asosiasi Museum Indonesia (AMI), Putu Supadma Rudana, PSR, Ketua Himusba, Nyoman Gunarsa, menyerahkan kenang-kenangan berupa buku kepada Dirut Bali Post K.Nadha Nugraha.
Para penerima penganugerahan Pers K.Nadha Nugraha mengucapkan rasa syukur sebagai bentuk motivasi untuk terus berjuang mewujudkan cita-cita yang diinginkan. Seperti diakui Kepala UPTD Museum Subak, I Ketut Sujana, dan Kepala UPTD Museum Yadnya, Mengwi, Gede Sujana.
Ketut Sujana menjelaskan Museum Subak secara khusus mengoleksi beragam alat-alat pertanian di Bali yang digunakan dalam kegiatan subak. “Kita patut berbangga karena hanya koleksi kita ada satu-satunya di dunia,” tegasnya.
Sedikitnya ada 250 koleksi yang dimiliki Museum Subak dari beragam jenis alat-alat pertanian se Bali.
Setelah perubahan status UPT pada 2006, lanjut Sujana, kondisi kunjungan ke Museum Subak cukup baik, rata-rata ada 15 wisatawan asing yang datang. “Jika kunjungan masyarakat lokal biasanya berkala. Ada juga mahasiswa luar daerah yang berkunjung seperti dari Lampung dan Manado.” tambahnya. Baginya penganugerahan dari Bali Post akan semakin memotivasi kinerja para pengelola Museum di Bali.
Sedangkan Gede Sujana sebagai pengelola Museum Yadnya mengaku, surprise menerima penghargaan. Pasalnya, Museumnya sedang menjalani renovasi dan pada tahun 2011 mendatang baru dibuka kembali. Tapi secara umum, Museum Yadnya memang khusus mengoleksi berbagai aktivitas yadnya di Bali dengan segala keunikan yang dimiliki. (tap)
|